Tidak Salah Jika Berpikir Money Oriented ?

 

Dalam dunia yang serba cepat akan informasi dan transisi serta selalu menuntut, berpikir money oriented atau berorientasi pada uang sering kali dipandang negatif oleh banyak orang. Orang yang menjadikan uang sebagai salah satu tujuan dianggap materialistis, egois, bahkan tidak bermoral. Namun, benarkah demikian? Apakah salah jika seseorang ingin hidup layak, mapan, dan merdeka secara finansial?

 Stigma Sosial: Uang adalah Serakah?

Banyak dari kita tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan bahwa membicarakan uang terlalu sering adalah tabu. Orang yang terang-terangan mengejar kekayaan sering dicap “mata duitan,” “tidak bersyukur,” atau “hanya memikirkan dunia.” Apalagi dalam konteks budaya atau keagamaan tertentu, mengejar uang kerap disalahartikan sebagai bentuk keserakahan dan jauh dari nilai spiritual.

Mereka yang bekerja keras membangun bisnis atau karier demi penghasilan yang tinggi, kadang justru dijauhi atau dicurigai: “Jangan-jangan dia korupsi?”, “Pasti hidupnya nggak bahagia, cuma ngejar materi.” Padahal belum tentu demikian.

 Tekanan untuk Tampil "Ikhlas" dan "Sederhana"

Ironisnya, masyarakat kerap memuji kesederhanaan yang tampak, tanpa benar-benar tahu bagaimana perjuangan seseorang di balik layar. Ketika seseorang berani menunjukkan bahwa dia ingin kaya, ingin sukses, atau bahkan sekadar ingin hidup nyaman, langsung muncul pandangan sinis: “Cari dunia doang, lupa akhirat.”

Dalam lingkungan sosial tertentu, terlalu fokus pada uang dianggap tidak punya rasa syukur atau terlalu “hitung-hitungan.” Padahal, bukankah merencanakan keuangan dan mengejar penghasilan yang layak adalah bentuk tanggung jawab?

 Money Oriented: Salahkah Jika Aku Ingin Hidup Layak?

Kita hidup di dunia nyata, bukan dunia utopia. Makan, minum, tempat tinggal, pendidikan, hingga layanan kesehatan semuanya membutuhkan uang. Dalam banyak kasus, orang-orang yang terlalu “alergi” terhadap uang justru terjebak dalam realitas keras karena tidak pernah mengelolanya dengan serius.

Berpikir money oriented bukan berarti mengorbankan moralitas, melainkan menjadikan uang sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar: kebaikan, kebebasan, dan kesejahteraan.

 Yang Salah Bukan Uangnya, Tapi Caranya

Ada perbedaan besar antara money oriented dan serakah. Orang yang money oriented biasanya punya tujuan yang jelas: ingin memberdayakan diri, keluarga, atau komunitas. Mereka menghargai waktu, mengembangkan keterampilan, dan tidak malu untuk mencari peluang demi meningkatkan taraf hidup.

Sebaliknya, orang yang serakah tidak peduli dengan cara atau akibat. Jadi, money oriented tidak identik dengan keserakahan yang membedakan adalah niat dan cara mencapainya.

 Uang Adalah Alat, Bukan Tuhan

Uang bukanlah musuh. Ia netral, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Jika digunakan dengan bijak, uang bisa menjadi sumber kebaikan: membuka lapangan kerja, menyekolahkan anak-anak, membantu sesama, dan membiayai impian-impian besar.

Ketika kita memiliki uang, kita punya kendali lebih atas hidup. Kita bisa memilih pekerjaan, menentukan arah hidup, bahkan membantu lebih banyak orang. Kebebasan finansial bukan hanya soal kemewahan tapi soal pilihan.

 Tak Perlu Malu Punya Mimpi Besar

Berpikir money oriented bukan dosa. Jangan takut dicap mata duitan hanya karena kamu ingin hidup lebih baik. Selama kita tidak menginjak orang lain, selama kita menjaga etika dan empati, maka menjadikan uang sebagai salah satu tujuan adalah hal yang sah.

Karena pada akhirnya, uang bukan segalanya, tapi ia bisa membantumu mendapatkan banyak hal yang berarti.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOMO HOMINI LUPUS. Apakah inilah hakikat manusia?

Paradigma Baru dalam Pendidikan: Perspektif Mahasiswa tentang Perubahan dan Adaptasi dalam Pembelajaran

Telat Lulus Kuliah: Kematangan Berorganisasi atau Fokus Akademik